Dalam kancah ilmu sosial, berbagai teori sosial muncul untuk mengurai kompleksitas masyarakat. Salah satu pendekatan yang menarik adalah Teori Sosial Profetik. Teori ini menawarkan perspektif unik dengan menggabungkan nilai-nilai kenabian dalam menganalisis fenomena sosial. Pendekatan ini berangkat dari gagasan bahwa ajaran kenabian memiliki relevansi universal.
Teori ini digagas oleh sosiolog Indonesia, Kuntowijoyo. Ia berargumen bahwa nilai-nilai profetik, seperti humanisasi, liberasi, dan transendensi, dapat menjadi kerangka analisis yang kuat. Dengan kata lain, ilmu sosial tidak harus bebas nilai, melainkan dapat berlandaskan pada etika profetik untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Aspek humanisasi mendorong ilmuwan sosial untuk melihat manusia sebagai subjek, bukan objek. Pendekatan ini menekankan pentingnya mengangkat harkat dan martabat manusia. Analisis sosial harus berorientasi pada kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh individu, bukan hanya sekelompok orang. Ini merupakan pilar utama dari Teori Sosial Profetik.
Liberasi atau pembebasan, adalah inti dari ajaran kenabian. Teori ini mengajak para sosiolog untuk tidak hanya mendeskripsikan masalah, tetapi juga berupaya membebaskan masyarakat dari berbagai bentuk penindasan. Analisis harus kritis terhadap ketidakadilan struktural, baik itu ekonomi, politik, maupun budaya.
Sementara itu, transendensi mengacu pada orientasi spiritual. Teori Sosial Profetik tidak menolak modernitas, tetapi mengingatkan bahwa ada dimensi yang lebih tinggi dari sekadar materi. Dengan memasukkan nilai transendensi, analisis sosial menjadi lebih holistik, tidak hanya fokus pada hal-hal yang bersifat empiris semata.
Penerapan teori ini dapat dilihat dalam berbagai isu, seperti kemiskinan, ketidakadilan gender, atau korupsi. Teori ini tidak hanya menjelaskan mengapa masalah tersebut terjadi, tetapi juga menawarkan solusi transformatif. Solusi yang diusulkan berakar pada nilai-nilai moral dan etika profetik, mendorong perubahan yang mendasar.
Namun, mengaplikasikan Teori Sosial Profetik bukan tanpa tantangan. Kritik utama seringkali datang dari pendekatan positivistik yang menganggap ilmu pengetahuan harus steril dari nilai. Teori ini dianggap terlalu normatif dan kurang objektif, sehingga sulit untuk diakui secara luas di kancah akademis.
