Tragedi kebakaran yang melanda permukiman padat penduduk di Manggarai, Jakarta Selatan, menyisakan duka mendalam bagi ribuan warga. Di tengah kekacauan, Stasiun Manggarai muncul sebagai oase harapan, menjadi tempat pengungsian sementara bagi korban yang kehilangan tempat tinggal. Area di sekitar stasiun, khususnya pintu barat, ramai dipenuhi pengungsi.
Keputusan menjadikan Stasiun Manggarai sebagai lokasi pengungsian menunjukkan respons cepat dari pihak terkait. Meski berfungsi sebagai hub transportasi yang sibuk, stasiun ini dipilih karena lokasinya yang strategis, akses mudah, dan beberapa fasilitas dasar yang dapat dimanfaatkan oleh para korban. Ini adalah langkah darurat yang vital.
Warga yang terdampak kebakaran memilih Stasiun Manggarai karena kemudahan aksesibilitas dan keamanan relatif yang ditawarkannya. Mereka berbondong-bondong membawa barang seadanya, mencari perlindungan dari panasnya sisa api dan ketidakpastian. Suasana haru dan keprihatinan menyelimuti area stasiun yang biasanya dipenuhi hiruk pikuk penumpang KRL.
Berbagai bantuan mulai berdatangan ke Stasiun Manggarai. Pemerintah daerah, Palang Merah Indonesia (PMI), serta berbagai organisasi sosial dan relawan bergerak cepat menyediakan kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, pakaian, dan fasilitas sanitasi darurat. Solidaritas masyarakat Jakarta terlihat jelas dalam momen sulit ini.
Posko kesehatan juga didirikan di sekitar stasiun untuk memberikan penanganan medis awal bagi korban yang mengalami luka-luka ringan, gangguan pernapasan akibat asap, atau hanya membutuhkan pemeriksaan kesehatan umum. Ini menunjukkan komitmen untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan para pengungsi.
Meskipun dijadikan tempat pengungsian, operasional KRL di Stasiun Manggarai dipastikan tidak terganggu. Hal ini penting untuk menjaga mobilitas warga Jakarta yang bergantung pada transportasi publik. Pengaturan arus penumpang dan pengungsi dilakukan sedemikian rupa untuk meminimalkan potensi konflik dan menjaga ketertiban.
Dampak kebakaran ini terasa sangat berat, dengan ratusan rumah hangus dan ribuan jiwa kehilangan segalanya. Keberadaan Stasiun Manggarai sebagai tempat pengungsian sementara memberikan sedikit kelegaan bagi mereka yang kini harus memulai kembali dari nol. Ini adalah langkah awal dalam proses pemulihan yang panjang.
Peristiwa ini kembali mengingatkan kita akan pentingnya mitigasi bencana di area padat penduduk dan kesiapsiagaan dalam menghadapi situasi darurat. Kisah Stasiun Manggarai yang beralih fungsi menjadi tempat pengungsian adalah cerminan dari semangat gotong royong dan kemanusiaan di tengah cobaan.