Jawa Barat memiliki kekayaan budaya yang dinamis, dan salah satu warisan seni pertunjukan yang paling populer dan enerjik adalah Seni Tari Jaipong. Tarian ini adalah hasil kreasi modern yang berakar kuat pada tradisi rakyat Sunda, menjadikannya simbol keriangan dan ekspresi budaya. Seni Tari Jaipong lahir dari upaya seniman Sunda untuk menghidupkan kembali kesenian rakyat seperti Ketuk Tilu, Topeng Banjet, dan Pencak Silat, setelah kesenian tradisional tersebut mulai tergeser oleh musik populer. Keunikan dan vitalitas Seni Tari Jaipong membuatnya cepat populer dan diakui sebagai identitas seni Jawa Barat. Kini, Seni Tari Jaipong sering menjadi tarian penyambutan dalam berbagai acara resmi dan festival, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Kelahiran dan Perkembangan Tari Jaipong
Seni Tari Jaipong diciptakan pada tahun 1979 oleh seniman legendaris Jawa Barat, Gugum Gumbira, bekerja sama dengan koreografer Hj. Tati Saleh. Gugum Gumbira terinspirasi untuk menggabungkan elemen gerakan cepat dan lincah dari kesenian Ketuk Tilu dengan unsur-unsur beladiri dari Pencak Silat. Nama “Jaipong” sendiri konon berasal dari bunyi iringan musiknya yang berbunyi jaipong-pong-pong.
Penciptaan tarian ini adalah respons terhadap semakin pudarnya kesenian Pencak dan Ketuk Tilu di era modern. Tarian ini pertama kali dipentaskan di depan publik dalam sebuah pertunjukan di Bandung, yang disambut antusias karena gerakan yang energik dan irama musik yang menyenangkan. Sejak saat itu, tari Jaipong berkembang pesebat ke seluruh Jawa Barat, menjadi duta budaya yang memperkenalkan kelincahan dan keramahan masyarakat Sunda.
Keunikan Gerakan dan Ekspresi
Ciri khas Seni Tari Jaipong yang membedakannya dari tarian klasik Sunda lainnya (seperti Tari Topeng Cirebon) adalah sifatnya yang spontan, terbuka, dan penuh humor. Gerakan utamanya meliputi:
- Bukang: Gerakan pembuka yang menunjukkan kesiapan penari.
- Cingeus: Gerakan yang dinamis dan terkesan nakal atau genit, sering melibatkan goyangan pinggul dan bahu yang cepat.
- Geol: Goyangan pinggul yang lembut namun terarah, menunjukkan kelenturan tubuh penari.
- Sontog: Gerakan tangan dan kaki yang cepat dan patah-patah, diambil dari unsur beladiri Pencak Silat.
Penari Jaipong, yang biasanya mengenakan pakaian tradisional Sunda yang cerah dan berwarna-warni, menampilkan ekspresi wajah yang ceria dan komunikatif, mengajak penonton untuk ikut merasakan kegembiraan tarian tersebut.
Iringan Musik dan Alat Musik Pengiring
Kekuatan Seni Tari Jaipong terletak pada iringan musiknya yang disebut Degung Jaipongan atau Gamelan Jaipong. Musik ini dimainkan dengan tempo yang bervariasi—dari pelan, mendayu-dayu, hingga sangat cepat dan agresif.
Instrumen utama yang digunakan meliputi:
- Kendang: Alat musik perkusi utama yang menjadi penentu tempo dan ritme. Keahlian penabuh kendang (kendangers) sangat krusial dalam pertunjukan Jaipong.
- Gong: Memberi penekanan pada akhir frase musikal.
- Rebab: Instrumen gesek yang memberikan melodi yang lembut dan syahdu.
- Kecapi dan Suling: Memberikan harmoni dan nuansa khas Sunda.
Pada sebuah Festival Budaya Jawa Barat yang diadakan pada hari Sabtu, 14 Juni 2025, tercatat bahwa penampilan Seni Tari Jaipong mampu menarik hingga 1.200 penonton karena alunan musik kendang yang enerjik dan tempo yang berubah-ubah, membuat penonton terus terhanyut dalam irama. Konsistensi dalam menjaga irama tradisional inilah yang menjadikan Jaipong tetap otentik dan disukai, serta berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan seni rakyat masa lalu dengan apresiasi kontemporer.
