Bandung, Jawa Barat, menyimpan sebuah pusat pelestarian seni dan budaya Sunda yang namanya telah mendunia, yakni Saung Angklung Udjo. Tempat ini didirikan pada tahun 1966 oleh almarhum Udjo Ngalagena bersama istrinya, Uum Sumiati, dengan visi utama melestarikan dan memperkenalkan angklung—alat musik tradisional Jawa Barat yang terbuat dari bambu—kepada masyarakat luas, baik domestik maupun internasional. Saung Angklung Udjo tidak hanya menjadi panggung pertunjukan, tetapi juga berperan sebagai workshop aktif yang mengajarkan filosofi dan teknik memainkan angklung, menjadikannya salah satu ikon budaya Sunda yang paling dihormati. UNESCO secara resmi telah mengakui angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada 16 November 2010, sebuah pencapaian yang tidak lepas dari peran aktif Saung ini dalam mempopulerkan alat musik bambu tersebut.

Konsep pertunjukan di Saung Angklung Udjo dirancang secara interaktif dan edukatif. Setiap pengunjung, terlepas dari latar belakangnya, akan diajak untuk berpartisipasi dan belajar memainkan angklung bersama-sama, menciptakan harmoni kolektif yang unik. Dalam satu kali pertunjukan sore hari yang rutin diselenggarakan, setidaknya melibatkan seratus hingga seratus lima puluh anak dari berbagai tingkatan usia sebagai pemain. Selain angklung, pertunjukan juga menampilkan kesenian Sunda lainnya, seperti wayang golek mini, tari topeng, dan helaran (prosesi penyambutan). Suasana yang hangat dan partisipatif ini memastikan bahwa setiap pengunjung tidak hanya menonton, tetapi benar-benar mengalami kekayaan budaya Sunda.

Program pendidikan di Saung Angklung Udjo sangat terstruktur. Anak-anak yang terlibat dalam pertunjukan adalah siswa dari sekolah atau sanggar yang diasuh langsung oleh keluarga besar Mang Udjo. Kurikulum pelatihan menekankan pada kedisiplinan, kerja sama tim, dan pemahaman mendalam tentang filosofi bambu yang melambangkan kesederhanaan dan kekuatan. Pada tahun 2023, tercatat bahwa sekitar 5.000 siswa telah lulus dari program pelatihan angklung reguler di tempat ini, banyak di antaranya kemudian menjadi duta budaya di berbagai negara. Pengamanan dan ketertiban area sekitar tempat ini dikelola dengan baik; pada akhir pekan, Kepolisian Sektor Padasuka sering melakukan patroli rutin untuk menjaga kenyamanan pengunjung. Sebagai pusat budaya yang hidup dan terus berinovasi, Saung Angklung Udjo berhasil membuktikan bahwa warisan tradisional dapat beradaptasi dan tetap relevan di tengah modernitas.