Di tengah pesatnya modernisasi Bandung, Jawa Barat, berdiri sebuah institusi budaya yang teguh memegang tradisi: Saung Angklung Udjo. Tempat ini bukan sekadar panggung pertunjukan, melainkan pusat konservasi hidup yang didedikasikan untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya Sunda, terutama alat musik bambu Angklung. Didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya, Uum Sumiati, tempat ini telah menjadi ikon wisata budaya yang menarik perhatian dunia. Keunikan Saung Angklung Udjo terletak pada kemampuannya menyajikan pertunjukan yang interaktif, edukatif, dan menghibur, menjadikannya model pelestarian warisan budaya yang sukses.

Filosofi di balik Saung Angklung Udjo adalah kaulinan urang lembur (permainan orang desa), yang berupaya mengembalikan esensi bermain dan belajar bagi anak-anak melalui tradisi Sunda. Inti dari setiap pertunjukan adalah Matahari dari Bambu, sebuah program yang mencakup demonstrasi wayang golek, tarian tradisional, dan yang paling utama, pertunjukan orkestra Angklung. Dalam pertunjukan ini, penonton diberi kesempatan untuk memainkan Angklung, merasakan secara langsung harmoni yang diciptakan oleh ribuan bilah bambu yang bergetar. Pengalaman partisipatif inilah yang membuat pengunjung, baik domestik maupun internasional, merasakan ikatan emosional dengan budaya Sunda.

Peran Saung Angklung Udjo dalam pelestarian Angklung semakin krusial setelah UNESCO menetapkan alat musik ini sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity (Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan) pada tahun 2010. Pengakuan ini memberikan dorongan global, namun tanggung jawab pelestarian praktis tetap berada di tangan institusi seperti Saung Angklung Udjo. Tempat ini tidak hanya mengajarkan cara bermain Angklung, tetapi juga mengajarkan teknik pembuatan Angklung, mulai dari pemilihan jenis bambu yang tepat (Awi Wulung atau Awi Temen) hingga proses penyetelan nada yang sangat presisi.

Aspek edukatif di Saung Angklung Udjo sangat terstruktur. Mereka menyelenggarakan program pelatihan reguler bagi siswa sekolah dan sanggar seni dari berbagai daerah. Dalam laporan tahunan Yayasan Saung Angklung Udjo pada 30 Desember 2024, tercatat bahwa lebih dari 15.000 siswa telah mengikuti workshop intensif di tempat tersebut sepanjang tahun itu. Selain itu, mereka bekerja sama dengan berbagai universitas dan lembaga pemerintah untuk mendokumentasikan dan mempromosikan musik bambu ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan menjalankan misi ganda sebagai pusat pertunjukan dan pusat pendidikan, Saung Angklung Udjo terus melestarikan budaya Sunda melalui harmoni bambu yang menggema, memastikan bahwa warisan unik ini tidak akan hilang ditelan waktu.