Indonesia adalah permadani budaya yang kaya, dan salah satu warisan tak benda yang patut dilestarikan adalah Reog Dogdog Lojor. Kesenian tradisional khas Banten Selatan ini, khususnya dari daerah Kabupaten Lebak dan sekitarnya, merupakan perpaduan unik antara seni musik, tari, dan ritual yang sarat makna. Ia tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga cerminan dari kehidupan masyarakat Sunda Banten yang agraris dan spiritual.

Reog Dogdog Lojor menampilkan instrumen musik utama berupa “dogdog lojor” atau bedug panjang yang menghasilkan suara berat dan khas, menjadi melodi pengiring utama. Selain itu, ada pula instrumen lain seperti angklung, gong, dan kendang yang menambah semarak. Pertunjukan ini biasanya melibatkan beberapa penari yang mengenakan kostum tradisional dan topeng, melakonkan berbagai karakter seperti bujang ganong atau tokoh-tokoh punakawan. Gerakan tariannya energik dan akrobatik, seringkali diiringi dengan atraksi kekuatan atau kekebalan tubuh, yang menambah daya tarik bagi penonton. Pada sebuah festival budaya di Alun-Alun Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, pada Sabtu, 17 Agustus 2024, kelompok seni Reog Dogdog Lojor dari Desa Sukarame berhasil memukau ribuan penonton dengan penampilan mereka yang dinamis dan penuh energi.

Meskipun bernama “Reog”, kesenian ini memiliki perbedaan signifikan dengan Reog Ponorogo dari Jawa Timur, terutama dalam bentuk instrumen, kostum, dan filosofi gerakannya. Reog Dogdog Lojor lebih menonjolkan aspek ritmis dari dogdog lojor dan interpretasi tarian yang berakar pada kehidupan masyarakat petani. Ia seringkali dipentaskan dalam berbagai upacara adat, seperti syukuran panen, pesta khitanan, atau pernikahan, sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan doa agar keberkahan selalu menyertai masyarakat. Seorang tokoh adat setempat, Abah Udin, yang telah melestarikan seni ini selama lebih dari empat puluh tahun, selalu menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap gerak dan bunyi dogdog lojor.

Pelestarian Reog Dogdog Lojor menghadapi tantangan zaman, terutama dalam menarik minat generasi muda dan menjaga keberlanjutan regenerasi seniman. Namun, dengan dukungan pemerintah daerah dan komunitas seni, kesenian ini terus berupaya untuk tetap hidup. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, pada sebuah lokakarya yang diadakan di Serang pada 5 September 2024, berkomitmen untuk mendokumentasikan dan mempromosikan lebih luas kesenian tradisional ini. Dengan segala upaya tersebut, Reog Dogdog Lojor diharapkan akan terus menggema di Tanah Banten, menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya yang tak lekang oleh waktu.