Jawa Barat, khususnya kawasan Priangan, telah lama dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik di Indonesia. Menikmati Kopi Priangan bukan hanya tentang menyesap secangkir minuman hangat, melainkan juga menyelami kisah panjang tentang sejarah, budaya, dan dedikasi para petani. Kopi dari tanah Pasundan ini menawarkan pengalaman rasa yang unik, merefleksikan kekayaan alam dan kearifan lokal.
Sejarah kopi di Priangan tak bisa dilepaskan dari era kolonial Belanda. Sejak abad ke-18, perkebunan kopi di dataran tinggi Jawa Barat telah menjadi salah satu pemasok utama kopi Arabika ke pasar dunia. Tanah vulkanik yang subur dan iklim pegunungan yang ideal menciptakan kondisi sempurna bagi pertumbuhan biji kopi berkualitas tinggi. Kopi Java Preanger, nama yang disematkan pada masa itu, bahkan sempat mendominasi pasar Eropa. Jejak sejarah ini masih bisa ditemukan di beberapa perkebunan tua yang kini menjadi destinasi agrowisata. Contohnya, di kawasan Pangalengan, banyak perkebunan kopi yang telah berdiri sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu, dan beberapa masih menggunakan metode tanam dan panen tradisional. Pada 10 Juni 2025, sebuah penelitian dari Universitas Padjadjaran mengidentifikasi bahwa beberapa varietas kopi kuno di Priangan masih memiliki profil genetik yang sangat mirip dengan kopi Arabika awal yang dibawa ke Indonesia.
Saat ini, geliat kopi Priangan kembali membara, dengan petani lokal yang semakin fokus pada kualitas dan keberlanjutan. Mereka menerapkan praktik pertanian organik, memanen ceri kopi secara selektif (petik merah), dan memproses biji kopi dengan metode yang cermat, seperti full washed, semi-washed, atau natural, untuk menghasilkan karakteristik rasa yang beragam. Proses pascapanen ini sangat krusial dalam membentuk profil rasa akhir kopi. Para petani dan pengolah kopi di beberapa sentra seperti Ciwidey, Garut, dan Bandung kini berkolaborasi erat untuk memastikan kualitas kopi mereka memenuhi standar internasional. Pada 22 Juli 2025, dalam sebuah acara Pameran Kopi Nusantara yang diadakan di Bandung, seorang Q-Grader (penilai kualitas kopi) internasional memuji flavor notes unik dari Kopi Priangan yang didominasi oleh citrusy dan floral, menjadikannya sangat diminati di pasar global.
Menikmati Kopi Priangan juga berarti mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan petani lokal. Banyak kedai kopi modern dan roastery di Bandung dan kota-kota lain di Jawa Barat kini secara langsung bermitra dengan petani, memastikan harga yang adil dan praktik yang berkelanjutan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas kopi yang sampai ke tangan konsumen tetapi juga memberdayakan komunitas petani. Komunitas pecinta kopi juga sering mengadakan kunjungan ke kebun kopi untuk melihat langsung prosesnya, berinteraksi dengan petani, dan belajar tentang seluk-beluk kopi dari hulu ke hilir. Pada akhir pekan, 15 April 2025, sekelompok mahasiswa dari komunitas kopi lokal mengadakan kunjungan edukatif ke salah satu perkebunan di Cikajang, Garut, untuk mendokumentasikan proses panen dan pascapanen, menunjukkan antusiasme generasi muda terhadap warisan kopi Priangan.
Dari pegunungan yang dingin hingga cangkir hangat di tangan, setiap tegukan Kopi Priangan adalah cerita tentang alam, kerja keras, dan warisan budaya yang tak ternilai. Ini adalah pengalaman yang lebih dari sekadar rasa, melainkan sebuah koneksi dengan bumi Pasundan dan orang-orang yang merawatnya. Kopi ini bukan hanya minuman, tetapi sebuah kebanggaan Jawa Barat.
