Jawa Barat, khususnya kawasan Bandung Selatan, menyimpan sebuah keajaiban geologi yang memesona, dikenal dengan nama Kawah Putih Ciwidey. Objek wisata ini merupakan danau vulkanik dari Gunung Patuha yang menyuguhkan pemandangan eksotis dan surreal. Keunikan utama dari danau ini terletak pada tanahnya yang berwarna putih akibat kandungan belerang, serta airnya yang dapat berubah warna, dari hijau muda, kebiruan, hingga cokelat susu, tergantung pada konsentrasi belerang, suhu, dan kondisi cuaca saat itu. Keindahan dramatis inilah yang menjadikan Kawah Putih Ciwidey sebagai salah satu destinasi utama bagi pecinta alam dan fotografi, menawarkan latar belakang yang berbeda dari kebanyakan danau di Indonesia.

Sejarah penemuan Kawah Putih bermula pada abad ke-19. Konon, pada tahun 1830, seorang ilmuwan Belanda bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn melakukan penelitian di daerah tersebut setelah mendengar kisah masyarakat lokal yang menghindari area puncak karena seringnya burung mati saat melintas di atasnya. Rasa penasaran Dr. Junghuhn membawanya pada penemuan danau kawah yang memancarkan bau belerang kuat, mengakhiri mitos bahwa tempat tersebut berhantu. Sejak saat itu, potensi belerang di kawasan tersebut sempat dieksplorasi untuk industri, dengan didirikannya pabrik belerang oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1937, yang kemudian dilanjutkan oleh Jepang di masa pendudukan.

Pemandangan di sekitar kawah sangat khas. Selain dominasi warna putih pada pasir dan tebing, vegetasi di sekitar area utama didominasi oleh pohon Cantigi, yang menambah nuansa mistis dan dingin pada lanskap. Karena statusnya sebagai danau kawah aktif, gas belerang yang dikeluarkan cukup pekat, sehingga pengunjung disarankan untuk tidak berada di area kawah lebih dari 15 menit. Pihak pengelola, yang berada di bawah pengawasan Perum Perhutani (berdasarkan data per 22 Februari 2024), menyediakan masker belerang di loket masuk untuk kenyamanan dan keamanan pengunjung. Lokasi ini dibuka setiap hari, mulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, dengan tarif masuk yang disesuaikan untuk wisatawan domestik dan mancanegara.

Selain keindahan alamnya, kawasan Kawah Putih Ciwidey juga dikelilingi oleh perkebunan teh yang luas dan hijau. Perkebunan teh Rancabali dan Perkebunan teh Gambung, yang berada di sepanjang jalur menuju kawah, memberikan pemandangan kontras yang menyegarkan mata. Hal ini menjadikan perjalanan menuju kawah sama menariknya dengan destinasinya itu sendiri. Untuk menjaga ketertiban dan kelancaran akses, tim gabungan dari Satuan Lalu Lintas Polres Bandung dan petugas keamanan wisata rutin mengatur jalur transportasi, khususnya pada hari libur nasional seperti Hari Raya Idulfitri 2025, di mana terjadi peningkatan kunjungan hingga 40%.

Pihak pengelola terus berupaya memperkaya pengalaman wisata di Kawah Putih. Misalnya, dengan membangun jembatan kayu yang dikenal sebagai “Dermaga Sunan Ibu” pada tahun 2023, yang memungkinkan pengunjung mendapatkan perspektif foto baru di tengah danau tanpa harus menginjak area pasir. Pengembangan ini menunjukkan bahwa Kawah Putih Ciwidey tidak hanya mempertahankan keaslian alamnya, tetapi juga beradaptasi untuk menjadi destinasi yang lebih ramah pengunjung. Keunikan geologis dan sejarah yang terkandung di dalamnya membuat tempat ini layak menjadi prioritas bagi siapa pun yang mengunjungi Bandung.