Kota Bandung dikenal dengan warisan arsitektur kolonial yang indah, dan mahkota dari semua bangunan bersejarah itu adalah Gedung Sate Bandung. Bangunan ikonik ini bukan hanya menjadi kantor pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat, tetapi juga merupakan monumen sejarah yang memamerkan perpaduan unik antara gaya Neoklasik Eropa dan sentuhan arsitektur tradisional Indonesia. Gedung Sate Bandung mudah dikenali dari ornamen tusuk sate di menara puncaknya, yang menjadi julukan populer dan simbol kota. Jejak kolonial yang mendalam dan fungsi yang berkelanjutan menjadikan Gedung Sate Bandung sebagai titik fokus sejarah dan kebudayaan Paris van Java.
Arsitektur dan Filosofi Pembangunan
Pembangunan Gedung Sate Bandung dimulai pada masa pemerintahan kolonial Belanda, sebagai bagian dari rencana pemindahan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia (Jakarta) ke Bandung. Gedung ini dirancang oleh arsitek terkemuka Belanda, J. Gerber, dan selesai dibangun pada tahun 1924. Gaya arsitekturnya sering disebut sebagai Indo-Eropa, sebuah sintesis yang berhasil menyatukan keindahan barat dengan kearifan lokal.
Elemen Arsitektur Kunci:
- Gaya Neoklasik: Terlihat dari penggunaan pilar-pilar besar, bentuk simetris, dan jendela-jendela tinggi yang megah, mencerminkan kejayaan arsitektur Eropa klasik.
- Sentuhan Lokal: Atap Gedung Sate mengadopsi bentuk atap berundak khas pura Bali dan elemen limasan pada atap tradisional Jawa, yang bertujuan untuk memaksimalkan sirkulasi udara alami di iklim tropis.
- Tusuk Sate: Ornamen enam tusuk sate di menara utama melambangkan biaya pembangunan gedung yang mencapai enam juta gulden pada saat itu. Ornamen ini telah menjadi identitas visual yang tak terpisahkan.
Sejarah dan Peristiwa Penting
Gedung Sate tidak hanya sekadar kantor; ia adalah saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia.
- Fungsi Awal: Awalnya, gedung ini berfungsi sebagai Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan (Gouvernements Bedrijven).
- Pertempuran Lima Pemuda: Pada masa transisi kemerdekaan, tepatnya pada 3 Desember 1945, Gedung Sate menjadi lokasi pertempuran sengit antara lima pemuda Indonesia (yang merupakan penjaga gedung) melawan pasukan Gurkha/Inggris yang berusaha merebutnya. Kelima pemuda tersebut gugur dalam mempertahankan gedung ini, dan untuk mengenang jasa mereka, dibuatlah monumen peringatan di halaman depan.
- Peran Pemerintahan: Setelah kemerdekaan, gedung ini secara resmi menjadi kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat dan pusat administrasi regional.
Menurut data yang tersimpan di Museum Gedung Sate (yang terletak di lantai dasar), selama masa pembangunannya, melibatkan sekitar 2.000 pekerja lokal, menunjukkan skala proyek yang masif pada masanya.
Saat ini, Gedung Sate tetap menjadi tujuan wisata yang populer. Selain mengagumi arsitektur luarnya, wisatawan juga dapat mengunjungi museum di dalamnya, yang menampilkan sejarah pembangunan dan perkembangan pemerintahan Jawa Barat, menawarkan jendela langsung ke masa lalu kolonial dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
